YOUTH SOUTH

YOUTH SOUTH
YOUTH SOUTH

Minggu, 05 April 2015






SANG YUTISARANA

Nyepi, caka 1935 Hari raya Nyepi di Bali dilaksanakan secara menyeluruh oleh warga yang beragama Hindu. Adapun rangkaian hari raya Nyepi adalah diawali dengan pengerupukan, Nyepi dan Ngembak Geni. Pada hari pengerupukan diadakan acara pawai ogoh-ogoh sebagai cerminan luapan ekspresi dan kreatifitas pemuda dimasing-masing Banjar yang ada di Desa Pekraman diseluruh wilayah BALI. Begitu juga dengan aktifitas pemuda di Desa Padangan, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan. Yang secara continuitas membuat ogoh-ogoh sebagai cerminan luapan ekspresi dan kreatifitas menjelang hari pengerupukan. Ditahun 2013 ini, STT Desa Padangan khususnya STT Padanga Kelod (Youth South ) membuat ogoh-ogoh yang bertemakan “Sang Yutisarana”, untuk memeriahkan pawai ogoh-ogoh serangkaian hari raya pengerupukan dan nyepi di Desa Padangan. Cerita Sang Yutisarana Dalam lontar Barong Swari disinggung terjadinya tarian Barong, Telek, Topeng . tarian ini secara rutinitas dipentasakan pada saat galungan dan pada hari raya pengerupukan. Ada cerita yang mengulas tentang asal –usul tari wali ini. Ceritanya sebagai berikut: Diawali ketika Dewi Uma dikutuk oleh Dewa Siwa, menjadi raksasi yang sangat menyeramkan yang bergelar Dewi Durga serta turun kedunia dan bersetana di setra gandamayu. Dengan wujud raksasa sang dewi selalu menyakiti manusia yang berbuat baik, namun bagi manusia yang berbuat jahat diberikan kesaktian karena di anggap sebagai pengikut sang dewi. Demikin hebatnya kesaktian dewi durga sehingga menyebabkan dunia mengalami kehancuran dimana-mana dan kehidupan manusia mulai terancam. Mengetahui kejadian itu Sang Hayang Tri Semaya mengubah wujudnya menjadi; Bhatara Brahma mengubah wujudnya menjadi Topeng Bang, Bhatara Wisnu menjadi Topeng Telek, Bhatara Iswara turun menjadi Barong. Ketiga Dewa tersebut turun kedunia dengan wujud masing-masing untuk mensucikan alam yang diwujudkan dalam bentuk ” Ngelelawang”. Mengenai pengelelawangan yang dilaksanakan pada hari Buda kliwon dungulan sampai hari bhuda kliwon Pahang diuraikan alasan-alasan tersebut berdasarkan cerita/mitologi dalam lontar Purwa Gama Sasana sebagai berikut: Sesudah itu masuklah Sanghayang Tri Semaya, mencari Sang Hayang Sesuhunan, (Bhatara Kala Rudra) agar membatalkan untuk memakan manusia. Dijumpainya Sang Kala Rudra, bercumbu rayu dengan batari, pada tiang yang amat panjang Batara Kala Rudra itu bergelar Sang Yutisarana sedangkan Batari Durga bergelar Sang Kalika Maya. Mengetahui tingkah laku sesuhunan, Sang Hayang Trisemaya segera maenghadap Sang Batatipati. Diperintahlah Sri Aji Galuh, mempersembahkan “ Caru Pancasia” yang dipersembahkan oleh pendeta Agung , agar dunia ini tidak mengalami kehancuran. Bhagawan Sida Yoga memimpin caru Pancasia. Dihadapan bangunan agung dibuatlah panggung untuk Shang Tri Semaya, dipasanglah kelir wayang.Bhatara Isawara sebagai dalang, dibantu sanghayang Brahma dan Wisnu sebagai pengiring gamelan menceritakan perbuatan kedua batara, yakni Sang Hayang Kala Ludra dan Bhatari Panca Durga. Cerita inilah yang menyebabkan adanya tari wali seperti Topeng dan Wayang Kulit. Sumber/ Literatur: Lontar Barong Suari, Lontar Purwa Gama Sasana Dan Buku Filsafat Seni Sakral Dalam Kebudayaan Bali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar